Quarter Life Crisis: Grogi, Gagal, tapi Gaspol Ngejar Impian!

Umur 20-anan, gue lagi ngerasa kayak lagi terdampar di tengah lautan pertanyaan gini, "Eh, hidup gue mau dibawa kemana sih?" Mulai dari keraguan soal karier, hubungan, sampe nanya-nanya apakah gue udah ada di jalur yang bener atau nggak. Rasanya kayak lagi jalan di hutan belantara tanpa kompas, bingung arahnya.

Tiap malam suka ada sesi mikirin hidup yang bikin kepala puyeng. Nanya ke diri sendiri, "Apa sih yang bener-bener gue mauin dalam hidup ini?" Sampe akhirnya ngerasa kayak lagi di ujung tanduk gitu, banyak pertanyaan tapi sedikit jawaban. Saat quarter life crisis itu kayak perang di dalam kepala sendiri. Pusing banget mikirin apa yang bener-bener kita pengen dan gimana caranya buat mencapainya. Rasanya serba salah, apalagi kalo banyak temen udah mulai tampak sukses atau udah punya rencana hidup yang jelas.

Tiap kali liat temen-temen yang udah punya rumus kehidupan sendiri, gue jadi mikir, "Emangnya gue udah ngapain aja sih? Apa gue terlalu lambat atau malah terlalu cepat?" Terus, ngerasa kayak stuck gitu, kayak lagi ditempel di suatu titik tanpa kemajuan. Rasanya nggak nyaman banget. Sampe akhirnya gue putusin buat introspeksi diri dan mulai cari tahu lebih dalam tentang apa yang sebenernya bener-bener gue mau.

Jadi, setelah beberapa waktu berlalu, gue mulai merasa bahwa quarter life crisis itu sebenarnya kayak peluang besar buat bertumbuh. Gue nggak lagi terjebak dalam tekanan "harus kayak gimana", tapi lebih fokus pada "mau jadi siapa" dan "mau ngapain". Gue mulai mengejar keinginan dan impian yang dulu gue sering tunda. Pertama kali mencoba hobi baru itu kayak lari di tengah hutan pikiran gue yang kusam. Gue menemukan kegembiraan yang lama hilang dan mendapat teman-teman seru di sepanjang perjalanan.

Ternyata, di tengah quarter life crisis, gue juga belajar untuk bersahabat dengan ketidakpastian. Nggak semuanya harus direncanakan dengan sempurna. Beberapa hal terbaik dalam hidup muncul saat kita memberi diri kita ruang untuk tumbuh dan bereksperimen. Dan ya, gue sukses melakukan hal-hal yang nggak pernah terpikirin sebelumnya. Dari menulis blog, ikutan komunitas online, sampe mencoba berbagai jenis makanan baru. 

Dari situ, gue nemuin hal-hal baru yang ternyata bisa bikin gue seneng. Mulai dari mengejar passion baru sampe ngebentuk kebiasaan-kebiasaan positif yang nggak cuma bikin gue lebih produktif, tapi juga bikin gue lebih enjoy menjalani hari. Tentu aja, nggak semuanya bisa beres dengan cepat, tapi setidaknya gue udah nggak merasa sendirian di tengah kebingungan. Quarter life crisis itu mungkin kayak jatuh dari sepeda, rasanya sakit dan bikin grogi, tapi bisa jadi itu cara alam memberi tahu kita buat bangun lagi dan mencari jalur yang lebih pas. 

Gue menyadari bahwa keberhasilan itu bukan cuma soal karir atau pencapaian besar, tapi juga soal menemukan kebahagiaan di setiap momen kecil. Tentu aja, masih ada hari-hari ketika quarter life crisis datang silih berganti, tapi sekarang gue melihatnya sebagai bagian tak terhindarkan dalam perjalanan menuju diri yang lebih baik.

Jadi, buat yang lagi ngerasain quarter life crisis, mungkin saatnya untuk memberi diri kita izin buat mencoba hal-hal baru dan melihat apa yang bisa kita temukan di tengah perjalanan ini. Kita nggak sendirian, dan siapa tahu, mungkin kita bakal menemukan kebahagiaan dan arti hidup yang sebenarnya di tengah quarter life crisis ini.

Ingat, hidup ini kayak roller coaster, meskipun ups and downs, kita bisa menikmati setiap momennya.

Komentar