Menembus Batas Gender di Industri Maritim: Pendekatan WID, WAD, dan GAD untuk Kesetaraan dan Pemberdayaan Perempuan

   Gender merupakan isu kompleks yang melibatkan berbagai dimensi sosial, budaya, dan ekonomi. Konsep gender, seperti yang diungkapkan oleh Caplan (1987), mencakup perbedaan perilaku antara laki-laki dan perempuan yang lebih banyak dibentuk oleh proses sosial dan kultural ketimbang oleh faktor biologis. Dengan kata lain, gender mencerminkan bagaimana masyarakat mendefinisikan dan mengatur peran serta perilaku laki-laki dan perempuan berdasarkan norma-norma sosial dan nilai-nilai budaya.

   Posisi perempuan dalam pembangunan adalah salah satu aspek penting dalam diskusi gender. Idealnya, perempuan harus dipandang sebagai subjek aktif dalam proses pembangunan, bukan sekadar objek atau penerima manfaat pasif. Hal ini berarti perempuan seharusnya memiliki kesempatan yang setara untuk berpartisipasi dalam perencanaan, pengambilan keputusan, dan pelaksanaan proyek-proyek pembangunan. Penekanan pada partisipasi aktif perempuan penting untuk memastikan bahwa pembangunan tidak hanya menguntungkan satu gender saja, tetapi juga mencakup kebutuhan dan aspirasi semua pihak.

  Namun, dalam praktiknya, perempuan sering menghadapi berbagai hambatan untuk berpartisipasi secara penuh dalam pembangunan. Hambatan ini bisa berupa diskriminasi, kurangnya akses ke sumber daya, atau norma-norma sosial yang membatasi peran perempuan. Oleh karena itu, penting untuk terus mengadvokasi perubahan dalam kebijakan dan praktik pembangunan yang lebih inklusif dan gender-sensitif, guna memastikan bahwa perempuan benar-benar mendapatkan posisi yang setara dan aktif dalam proses pembangunan.

  Sebagai contoh, dalam industri maritim—yang meliputi pelayaran, perikanan, dan pengelolaan pelabuhan—sering kali didominasi oleh laki-laki, dengan perempuan menghadapi berbagai tantangan untuk terlibat secara penuh. Dalam kasus perusahaan pelayaran internasional besar, perempuan sering diabaikan dalam kesempatan kerja di kapal, meskipun perusahaan mengklaim mendukung kesetaraan gender. Mereka cenderung ditempatkan di posisi administratif di darat dan jarang diberikan kesempatan dalam peran teknis atau penting di kapal. Hambatan seperti diskriminasi berbasis stereotip, akses terbatas ke pelatihan, lingkungan kerja yang tidak ramah, dan implementasi kebijakan yang tidak konsisten memperburuk situasi ini.

    Untuk menyelesaikan masalah terkait perempuan dan pembangunan, serta menentukan posisi ideal mereka, terdapat berbagai pendekatan dalam program pemberdayaan perempuan dan pengelolaan isu gender. Tiga pendekatan utama yang sering dibahas adalah Women in Development (WID), Women and Development (WAD), dan Gender and Development (GAD). Mari kita bahas perbedaan masing-masing pendekatan ini dan bagaimana mereka bisa diterapkan di industri maritim.

a. Women in Development (WID) di Industri Maritim

    Pendekatan Women in Development (WID) dikembangkan oleh para pemikir feminis liberal dengan fokus pada kesejahteraan, restrukturisasi pembangunan, persamaan hak, dan pemberdayaan perempuan (Muthmainnah, 2008). Di industri maritim, WID berupaya memastikan perempuan mendapatkan kesempatan yang setara dalam sektor ini.

  • Peningkatan Kesempatan Kerja: Implementasi WID di industri maritim dapat dilakukan dengan memastikan perempuan memiliki akses yang sama dalam pekerjaan di kapal serta peran teknis. Misalnya, perusahaan pelayaran dapat mengadopsi kebijakan yang menjamin kuota minimal untuk perempuan di posisi-posisi penting.

  • Pelatihan dan Pendidikan: Menyediakan pelatihan teknis bagi perempuan untuk mempersiapkan mereka menghadapi tantangan di kapal. Pelatihan ini harus dirancang untuk mengatasi hambatan yang sering dihadapi perempuan, seperti akses terbatas ke kursus teknis.

  • Kesetaraan Upah: Menetapkan struktur gaji yang adil agar perempuan dan laki-laki mendapatkan upah yang setara untuk pekerjaan yang setara, dan melakukan pengawasan ketat untuk mencegah ketidakadilan.

    Namun, WID sering kali hanya menempatkan perempuan pada posisi administratif di darat dan jarang memberikan kesempatan di kapal atau peran teknis yang lebih penting. Selain itu, pendekatan ini sering mengabaikan masalah mendalam seperti ketidakadilan gender dan bias budaya yang dapat mengarah pada kebijakan yang bias gender (Harsuko, Fitriawati, & Susilo, 2017).

b. Women and Development (WAD) di Industri Maritim

    Pendekatan Women and Development (WAD) muncul sebagai tanggapan terhadap keterbatasan WID. WAD menawarkan pandangan yang lebih kritis mengenai posisi perempuan dalam proses pembangunan (Widad, 2017). Pendekatan ini berfokus pada melibatkan perempuan secara aktif dalam pembangunan dan pengambilan keputusan.

  • Keterlibatan dalam Pengambilan Keputusan: Mengikutsertakan perempuan dalam pembuatan kebijakan dan perencanaan strategi perusahaan pelayaran. Misalnya, membentuk komite inklusi gender yang melibatkan perempuan dalam merancang kebijakan perusahaan.

  • Dukungan Karier: Memberikan dukungan karier bagi perempuan melalui mentoring dan jaringan profesional, untuk membantu mereka berkembang dalam posisi teknis dan manajerial.

  • Keseimbangan Kerja dan Kehidupan: Menerapkan kebijakan yang mendukung keseimbangan kerja dan kehidupan pribadi bagi perempuan, seperti fleksibilitas kerja dan cuti keluarga.

    Meskipun WAD mendorong keterlibatan aktif perempuan, pendekatan ini seringkali kurang menekankan analisis mendalam tentang patriarki dan penindasan gender spesifik. WAD cenderung melihat posisi perempuan sebagai bagian dari struktur internasional dan ketidakadilan kelas, bukan sebagai akibat dari ideologi patriarki (Harsuko, Fitriawati, & Susilo, 2017).

c. Gender and Development (GAD) di Industri Maritim

    Pendekatan Gender and Development (GAD) muncul pada tahun 1980-an sebagai alternatif dari WID dan WAD (Moses, 2007). GAD menekankan perubahan struktural untuk mengatasi ketidakadilan gender dengan fokus pada konstruksi sosial dari peran perempuan dalam masyarakat.

  • Transformasi Budaya Organisasi: Mengubah budaya perusahaan untuk menghilangkan sikap diskriminatif dan stereotip gender. Ini termasuk pelatihan anti-diskriminasi dan penyuluhan tentang kesetaraan gender di seluruh organisasi.

  • Reformasi Kebijakan: Menerapkan kebijakan yang mengatasi ketidakadilan struktural dan bias gender dalam perekrutan, pelatihan, dan promosi. Misalnya, memastikan proses promosi dan perekrutan bebas dari bias gender.

  • Pengawasan dan Evaluasi: Melakukan evaluasi berkala untuk menilai dampak kebijakan dan inisiatif gender. Ini membantu memastikan bahwa kebijakan yang diterapkan efektif dalam menciptakan kesetaraan dan mengidentifikasi area yang perlu perbaikan.

    GAD berupaya melakukan perubahan struktural yang lebih mendalam dengan fokus pada ekonomi, politik, dan struktur sosial yang menghambat kesetaraan. Pendekatan ini melihat negara sebagai aktor penting dalam mempromosikan emansipasi perempuan dan mengubah struktur sosial yang tidak adil (Harsuko, Fitriawati, & Susilo, 2017).

    Dengan memahami dan menerapkan ketiga pendekatan ini dalam industri maritim, kita dapat merancang kebijakan dan program yang lebih efektif untuk mendukung pemberdayaan perempuan.

    Pendekatan Women in Development (WID) fokus pada memastikan perempuan mendapatkan kesempatan yang setara dalam sektor ini. Dalam konteks industri maritim, WID berupaya untuk memberikan akses yang sama bagi perempuan dalam pekerjaan kapal dan peran teknis, serta memastikan struktur gaji yang adil. Ini melibatkan penghilangan hambatan administratif dan meningkatkan pelatihan teknis yang dapat mengurangi kesenjangan gender.

    Pendekatan Women and Development (WAD) menekankan pentingnya melibatkan perempuan secara aktif dalam proses pengambilan keputusan dan perencanaan. Di industri maritim, ini berarti memasukkan perempuan dalam pembuatan kebijakan perusahaan, mendukung karier mereka melalui mentoring dan jaringan profesional, serta menerapkan kebijakan keseimbangan kerja dan kehidupan. WAD bertujuan untuk menjadikan perempuan sebagai bagian integral dari pembangunan, bukan hanya sebagai penerima manfaat.

    Pendekatan Gender and Development (GAD) berupaya melakukan perubahan struktural yang mendalam untuk mengatasi ketidakadilan gender. Dalam industri maritim, ini mencakup transformasi budaya organisasi untuk menghilangkan sikap diskriminatif dan stereotip gender, serta reformasi kebijakan perekrutan, pelatihan, dan promosi untuk memastikan bahwa semua kebijakan bebas dari bias gender. GAD juga menekankan pentingnya pengawasan dan evaluasi berkala untuk memastikan bahwa kebijakan yang diterapkan benar-benar efektif dalam menciptakan kesetaraan gender.

    Ketiga pendekatan ini saling melengkapi dan bersama-sama dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih inklusif dan adil bagi perempuan di industri maritim. Dengan menerapkan WID, WAD, dan GAD, kita dapat mengatasi berbagai tantangan gender yang ada dan mempromosikan kesetaraan di semua aspek pekerjaan, dari pengambilan keputusan hingga pelaksanaan kebijakan.

Daftar Pustaka

Muthmainnah, L. (2008). Kritik feminis. Jurnal Filsafat, 18, 322-326.
Harsuko, R., Fitriawati, R., & Susilo, E. (2017). Gender dan pembangunan: Studi kasus pada pembangunan pelabuhan. Universitas Brawijaya, Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK)-UB, Malang

Moses, Y. C. (2007). Gender & pembangunan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Widad, L. (2017). Partisipasi perempuan dalam konteks penanggulangan feminisasi kemiskinan dalam program Jalin Matra: Studi kasus di Desa Rebono Kab. Pasuruan. Program Studi Filsafat Politik Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya

Caplan, P. (1987). Gender and the state: A review of the issues and the evidence. In G. A. B. H. A. (Ed.), Women and development (pp. 15-28). Routledge.

Komentar